Rabu, 19 Oktober 2011

Iman yang Haq


Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak cukup untuk dapat menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita di dunia. Keislaman juga belum tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Hanya orang-orang yang beriman sejati yang mendapatkan semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan akhirat.
Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah dengan mesra “…yaa ayyuhal ladzina aamanu…..” ? Allah yang Maha Pengasih telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa seorang mukmin yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut>
1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma Allah
Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum dan takluk pada Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat , Sifat maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah dilakukan. Bisa juga gemetar karena berharap karunia surga – dunia maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat Allah yang Agung yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya. Pemahaman atas makna dan tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran Asma-asma Allah itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada “wajilat quluubukum”
2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Tuhan
Ayat dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya tulen bila dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli) ataupun bukti aqli yang berupa demonstrasi Kebesaran Allah dalam penciptaan makhluk-makhlukNya maka bibirnyapun berucap “ Subhanallah…”. Bila membaca Al Quran yang menyebutkan tentang janji-janji Allah keimanannya bertambah, semangat hidupnya makin membara dan semakin giat beramal shalih.
Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit , buni dan jagad raya alam semesta maka diapun makin tunduk dan kagum pada Kuasa Allah. Bahkan ketika melihat betapa sempurna dan hebatnya pasukan-pasukan Allah yang berupa misalnya lebah lebah dan madu yang dihasilkan, maka diapun makin yakin dan kagum pada Allah.
Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan. Setiap detik yang dilalui dipakai untuk “melihat” demonstrasi Kekuasaan Allah, bertafakkur dan kemudian bertasbih kepada Allah. Dan itu semua makin meningkatkan imannya.
3. Bertawakkal hanya kepada Allah
Bagi orang yang imannya Haq, tidak pernah ada rasa takut dan gentar menghadapi pernak-pernik dan badai di dalam kehidupan dunia. Ketergantungannya kepada Allah dan keyakinan bahwa Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan langkahnya pasti menapaki roda kehidupan.
…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla.
4. Mendirikan Shalat
Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat menjadi obat segala masalah kehidupan. Persis seperti yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :
Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat” (HR Bukhari)
Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga rukun-rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya. Shalat merupakan saat-saat yang indah bermunajat kepada Allah, mengadukan beban hidup, memohonkan kemudahan hidup di dunia dan juga kemuliaan hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup. Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan berkata : “Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!”
Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat. Mengapa ? Karena shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu shalat maka semakin tinggilah akhlak seseorang
5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai
Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia bersedekah. Baginya harta karunia Allah yang didalamnya ada hak fakir miskin. Sedekah adalah tanda syukur kepada Allah kerena diberi kelapangan dalam harta. Tapi dia juga bersedekah dalam keadaan sempit karena jalan kemudahan akan datang dengan derasnya sedekah. Hati orang yang mukmin tidak terikat oleh harta yang dimiliki. Harta diletakkannya di tangan bukan di hati
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang halal dan berkah.
Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing. Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus mensyukuri dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang dicintai Allahu Rabbi.
Ummu Alya

3 Cara Allah SWT Mengawasi


Karena taku didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan menyewa penjaga atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih terjadi walau hansip sudah dibayar. Hal ini bisa terjadi bila hansip tersebut lengah atau ketiduran, sehingga si pencuri bisa melakukan aksinya. Hansip juga manusia!
Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT mengawasi manusia 24 jam sehari atau setiap detik tidak ada lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada 3 cara yang dilakukan Allah SWT:

1

Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggung-tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher kita. qs-qaaf-16.gif
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf 16)

2

Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.
qs-50-17.gif
“ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qaaf 17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49).

3

Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.
qs-36-65.gif
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin 65)
Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun dan kapanpun saja dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk mengingkari Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari perhitungan kelak.
Wallahu a’lam bish showab.

Selasa, 18 Oktober 2011

Doa Bisa Mengubah Taqdir

Doa Bisa Mengubah Taqdir

Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang Allah ta’aala telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat mengubah taqdir ialah doa seseorang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)


Subhanallah…! Betapa luar biasa kedudukan do’a dalam ajaran Islam. Dengan do'a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allah ta’aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Ia akan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah ta’aala dan ia mau bersungguh-sungguh meminta dengan do’a yang tulus kepada Allah ta’aala Yang Maha Berkuasa.


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar 53-54)

Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allah ta’aala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah ta’aala dalam keadaan apapun, maka derita dan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah.


Sebaliknya, orang yang tidak pernah kenal Allah ta’aala dengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’aala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas. Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah keadaan. Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah ta’aala –termasuk bersandar kepada dirinya sendiri- maka pada saat itu pulalah Allah ta’aala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah ta’aala dengan yang lain. Berarti orang tersebut telah jatuh ke dalam kategori seorang musyrik...!

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al-Mu’min 60)

Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah ta’aala yang pedih. Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa tidak berdo’a kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.” (HR Ahmad 9342)
Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah ta’aala. Bila Anda merasa taqdir yang Allah ta’aala tentukan bagi hidup Anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo’alah kepada Allah ta’aala. Allah ta’aala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir Anda. Barangkali di antara do’a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah ta’aala mengubah taqdir ialah sebagai berikut:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)

Senin, 17 Oktober 2011

FITNAH DUNIA

FITNAH DUNIA
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan menitipkan padamu, maka akan melihat apa yang kamu lakukan. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil terjadi pada wanita” (HR Muslim)
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia dan umat Islam. Fitnah itu mengkristal sehingga menjadi sebuah ideologi bahkan agama yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Dan yang terkena korban materialisme ini bukan hanya muslim awwam semata, tetapi juga menimpa para aktifis dan kader dakwah. Realitas penyakit ini tidaklah terlalu mengagetkan kita, walaupun tidak boleh diremehkan dan dibiarkannya. Rasulullah saw, pada 14 abad yang lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn.
Demikianlah kondisi umat di akhir zaman, telah dirasuki penyakit hubud dunya yang sangat mendalam sehinga berdampak pada rusaknya tatanan pikiran dan moral mereka. Umat Islam yang sudah terfitnah oleh dunia akan mudah diperbudak oleh dunia. Padahal yang menguasai perbendaharaan dunia sekarang ini adalah bangsa-bangsa kafir. Sehingga jadilah mereka menjadi pengikut negara-negara dan bangsa-bangsa kapitalis dan materialis, seperti AS, Eropa dan Israel. Maka jadilah apa yang seperti digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya.
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw. telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim)
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah keni’matan yang diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat. Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-Taghaabun 14-15).
Macam- Macam Fitnah Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.
Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ”Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para da’i dan pemimpin da’i. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya, istri dapat membuat seseorang memutuskan silaturahim dengan orang tua dan saudaranya, lebih mencintai istrinya sehingga suami tidak berdaya, dikendalikan istri dan menghalalkan segala cara. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam. Angka perzinahan dan aborsi sangat besar, begitu pula sarana-sarana menuju perzinahan juga sangat terbuka luas. Sedangkan poligami yang dilakukan sesuai dengan batas-batas yang diajarkan Islam, tidak masuk pada fitnah wanita dalam arti yang buruk, karena Rasulullah saw. dan sebagian besar sahabat melaksanakan sunnah ini.
Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari dan cerita nabi Yusuf as yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah syetan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.
Dalam kamus Islam, wanita dapat menjadi pemicu utama dari munculnya potensi kebaikan dan begitu juga dapat memicu utama dari munculnya potensi kejahatan. Wanita yang menjadi pemicu utama kebaiakan adalah wanita shalihah, Rasulullah saw. bersabda, ”Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah. Jika melihatnya menyenangkan, jika memerintahnya mentaati dan jika ghaib, maka menjaga diri dan hartanya” (HR Muslim). Sedangkan wanita yang menjadi pemicu utama kejahatan adalah wanita yang jahat pula. Rasulullah saw, bersabda, “Dua kelompok penghuni neraka yang tidak akan aku lihat. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk menyiksa manusia. Dan wanita yang tidak bersyukur, telanjang (tidak menutup aurat), tidak taat dan menyuruh orang untuk tidak taat. Kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya dapat tercium sejauh perjalanan ini dan ini (HR Muslim)
Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi SAW tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul SAW, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?”. Mereka menjawab:”Betul wahai Rasulullah”. Rasul SAW bersabda:” Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktifitas dihotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para da’i adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya. Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang Telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar Karena tebusan yang kamu ambil.”
Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali ra dengan siti Aisyah ra dalam perang Jamal, antara Ali ra. dengan Muawiyah ra dalam perang Siffin, antara Ali ra. dengan kaum Khawarij dll. Kemudian Muawiyah ra merintis dinasti Umayyah yang sarat fitnah. Demikianlah kekuasaan Islam seterusnya sarat dengan fitnah dan konflik kepentingan. Di masa Bani Abbasiyah banyak ulama yang menjadi korban pembunuhan penguasa yang menganut faham Mu’tazilah, dan terkenallah dengan fitnah penciptaan Al-Qur’an. Dan imam Ahmad bin Ahmad salah seorang ulama korban fitnah kokoh dan tegar dengan sikapnya bahwa Al-Qur’an bukan mahluk.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur Partai adalah bagian dari fitnah kekuasaan.
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.
1. Hakekat Harta dan Dunia
  1. Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman:”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).
  2. Kesenangan yang menipu. Allah swt berfirman: ”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali Imran 185).
  3. Kesenangan yang terbatas dan sementara, Firman-Nya; Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”(QS Ali Imran 196-197)
  4. Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda: “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR Bukhari dari Ibnu Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:” Posisikan dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
2. Mengetahui Kedudukan dan Tugas Manusia
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra:”Ya Allah jadikanlah dunia ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih mulia dari dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi mereka.
3. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada sesuatu yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan diri dari diperbudak oleh harta.
4. Sadar dan menyakini bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi. Seluruh bentuk keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian kecil saja. Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah, keni’matan paling ni’mat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi orang beriman: Dari Abu Hurairah ra berkata:”Rasulullah saw bersabda:”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”(HR Muslim).
Bahkan Rasulullah saw suatu saat dalam perjalanan bersama sahabat dan melewati pasar, disana ada seekor kambing yang mati dan cacat. Maka Rasulullah saw memegang telinganya dan berkata: “Siapakah yang mau membeli kambing ini satu dirham?” Sahabat berkata:” Kami tidak suka sedikitpun, dan untuk apa kambing itu?”. Rasul saw melanjutkan:” Maukah ini untukmu?”, sahabat menjawab: ”Demi Allah jika masih hidup kambing ini cacat, apalagi kambing sudah jadi bangkai!”. Maka Rasulullah bersabda:”Demi Allah dunia untukmu lebih hina dari kambing ini di hadapan Allah”.
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”(QS At-Taubah 55)
Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu A’lam

”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”
(QS Al-Ankabuut 2-3).
Kehidupan dunia secara keseluruhan, baik dan buruknya adalah fitnah atau ujian bagi manusia. Fitnah yang senantiasa menyertai manusia dalam hidupnya sampai akhir hayatnya. Tetapi sangat disayangkan sebagian besar umat manusia tidak mengetahui bahwa kehidupan di dunia ini fitnah. Sebagian yang lain mengetahui bahwa kehidupan di dunia ini fitnah tetapi kalah oleh dahsyatnya fitnah itu sendiri. Hanya sebagian kecil saja yang sadar bahwa kehidupan di dunia ini fitnah, kemudian mereka berhati-hati terhadap fitnah itu dan ketika lalai atau lupa kembali pada petunjuk Allah.
Bagi orang beriman yang memahami hakekat kehidupan dunia, tetap belum aman terhadap fitnah, karena syetan selalu mengawasi mereka dan menggodanya sehingga orang beriman itu, lalai, jatuh dan terkena fitnah dunia dengan segala macamnya. Begitu juga para da’i yang selalu mengajak manusia untuk beribadah pada Allah belum aman dari fitnah. Syetan memiliki seribu satu macam cara untuk memfitnah dan menggoda para da’i sehingga mereka jatuh dan meninggalkan gelanggang dakwah kemudian memilih kehidupan dan profesi lain yang lebih santai, aman dan jauh dari dinamika dakwah.
Dan begitu juga para pemimpin umat, mubaligh, ustadz dan tokoh masyarakat belum aman dari fitnah. Fitnah akan menyerang siapa saja dari manusia selagi mereka hidup di dunia, ada yang berjatuhan terkena fitnah dan ada juga yang selamat dengan izin Allah. Di akhir zaman ini fitnah akan semakin dahsyat dan mengerikan. Rasulullah saw. bersabda: ” Segeralah beramal sebelum terjadinya fitnah-fitnah seperti gelapnya malam. Seorang yang paginya mukmin sorenya menjadi kafir, dan pada sore hari mukmin dan paginya kafir, menjual agamanya dengan sedikit dari kekayaan dunia” (HR Muslim)
Rasulullah saw. selalu mengajarkan kepada umatnya agar berlindung kepada Allah dari berbagai macam fitnah yang membahayakan manusia. Diantara do’a Rasul saw. untuk membentengi fitnah tersebut yaitu : “Jika kalian membaca tasyahud, maka berlindunglah dari empat hal, yaitu berkata:”Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari buruknya fitnah al-Masih ad-Dajjaal” (HR Muslim)
Makna Fitnah
Fatana Al-Ma’din artinya logam itu dibakar untuk mengetahui kualitasnya, (29: 2). Fatana Fulanan artinya si Fulan itu disiksa agar berubah dari sikap atau pendiriannya, (85: 10). Fatanahul Maal dan fatanathul Mar’ah artinya tergoda dengan harta dan wanita, (8: 28). Fatana fulaanan ’an sya’i artinya melalaikan atau memalingkan dari sesuatu, (5: 49). Iftatana bil amri artinya terkena fitnah dengan sesuatu seperti harta, wanita dan lainnya.
Jadi sesuai dengan ungkapan diatas, fitnah menurut para ahli bahasa bermakna ujian atau cobaan dalam berbagai macam bentuknya. Ada ujian yang buruk seperti siksaan, kesusahan, penderitaan, penyakit dsb. Ada ujian dalam bentuk kebaikan seperti harta, wanita, kedudukan, popularitas dsb. Fitnah juga bermakna kegagalan dari sebuah ujian dan berakibat pada keburukan, seperti syirik, kejahatan, kemungkaran, kerusakan, perselisihan, saling bunuh, dsb.
Gambaran Fitnah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an banyak sekali mengungkapkan kata fitnah dengan berbagai macam maknanya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat, diantaranya:
”Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS Al-Ankabuut 1-3)
Manusia dalam mensikapi ajaran para nabi dan rasul ada dua sikap. Pertama, orang-orang yang mengimani ajarannya, merekalah orang-orang yang beriman. Dan kedua, orang orang-orang yang mengingkari ajarannya, mereka termasuk kelompok orang-orang kafir. Ketika manusia menyatakan keimanannya, maka mereka akan diuji untuk membuktikan bahwa pernyataan itu benar atau salah. Karena keimanan bukan hanya kata-kata yang diungkapkan, tetapi keimanan adalah hakekat yang mengandung resiko dan tanggungjawab, keseriusan yang membutuhkan ketabahan, jihad yang membutuhkan kesabaran. Oleh karena itu tidak cukup manusia menyatakan beriman sebelum mendapatkan ujian, cobaan dan tantangan.
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin besar juga ujian dan cobaannya. Para nabi adalah orang yang paling besar ujian dan cobaannya kemudian yang sejenisnya dan seterusnya sesuai kadar keimanan seseorang. ”Orang yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian yang sejenisnya dan sejenisnya. Seorang akan diuji sesuai kualitas agamanya. Jika kualitas agamanya kuat maka ujiannya juga kuat dan jika agamanya lemah, maka diuji sesuai kadar agamanya” (HR Bukhari, Ahmad dan At-Tirmidzi).
Demikian orang-orang yang menyatakan beriman akan mendapatkan ujian dan cobaan di dunia, sedangkan orang kafir juga akan mendapatkan ujian dan cobaan. Orang beriman mendapatkan ujian awal di dunia berupa penderitaan, cobaan, ujian, kesusahan, fitnah dll untuk kemudian mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan akhir di akhirat. Sedangkan orang-orang kafir bersenang-senang dan berfoya-foya di awal hidupnya di dunia untuk kemudian mendapatkan ujian dan siksaan di akhirat. Jadi kedua golongan itu menjadapatkan kesusahan, fitnah dan ujian, orang beriman di dunia dan orang kafir di akhirat.
Seseorang bertanya pada imam As-Syafi’i, dan berkata:” Wahai Aba Abdillah, mana yang lebih utama bagi seorang lelaki, mendapatkan kedudukan atau mendapat ujian?” Berkata imam As-Syafi’i:” Seseorang tidak mungkin akan mendapat kedudukan sehingga mendapat ujian. Karena sesungguhnya Allah telah menguji Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad saw. Ketika mereka sabar, maka Allah berikan kemuliaan kepada mereka. Maka jangan menyangka seorang beriman bebas dari ujian kesusahan. Allah SWT berfirman: ” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah 155)
Gambaran Fitnah Dalam Hadits
Hampir di setiap kitab hadits memuat bab tentang Fitnah. Imam Bukhori, At-Turmudzi dan Ibnu Majah membuat judul dalam kitab haditsnya Kitabul Fitan, Abu Dawud dan Al-Hakim menyebutnya dengan judul Kitabul Fitan wal Malaahim( bab fitnah dan huru hara), sedangkan imam Muslim menyebutnya Kitabul Fitan wa ’Asyraatus Saa’ah (bab fitnah dan tanda-tanda hari kiamat).
Diantara hadits-hadits yang disebutkan dalam shohih Bukhori tentang fitnah dapat disebutkan:
  1. Imam Bukhori mengawali hadits Fitnah dengan menyebut surat Al-Anfaal 25, agar orang beriman hati-hati terhadap fitnah dan menjauhinya.
  2. Fitnah semakin hari semakin berat dan semakin buruk.
  3. Harta yang paling bersih di akhir zaman bagi muslim adalah domba yang digembalakan di hutan dekat gunung dan iar hujan.
  4. Diantara fitnah diakhir zaman, diangkatnya ilmu, dominannya kebodohan dan banyaknya pembunuhan.
  5. Umat Islam harus bersabar pada pemimpin jamaah Islam walaupun benci asal tidak menyuruh kepada kemungkaran dan kekafiran.
  6. Cara yang baik untuk selamat dari fitnah yaitu komitmen dengan jamaah Islam.
  7. Di masa fitnah dilarang memegang senjata yang membahayakan umat Islam.
Tokoh sahabat yang paling menguasai masalah fitnah adalah Hudzaifah bin Al-Yaman. Beliau banyak bertanya tentang keburukan daripada kebaikan. Hal ini dilakukan agar orang-orang beriman terhindar dari fitnah dan keburukannya. Bunyi lengkap hadits adalah: ”manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu dimasa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini adalagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasul SAW menjawab:”Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?”. Rasul menjawab:” Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari”. Saya berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Rasul SAW menjawab:” Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melamparkannya ke dalam neraka”. Saya berkata:” Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?”. Rasul SAW menjawab:” (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”. Saya berkata:” Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasul SAW bersabda:” Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”. Saya berkata:” Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasul menjawab:” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits lain yang berbicara tentang fitnah yang diriwayatkan Hudzaifah adalah: Saat itu kami bersama Umar bin Khattab beliau berkata: ”Siapa diantara kalian yang mendengar Rasulullah saw. menyebutkan tentang fitnah-fitnah? Berkata diantara mereka: ”Kami mendengarnya”. Berkata Hudzaifah: ”Mungkin yang antum maksud terfitnahnya seorang lelaki oleh keluarga dan tetangganya ?” Mereka menjawab :” Benar”. Berkata Hudzaifah:” Fitnah itu terhapus dengan sholat, puasa dan sedekah, tetapi siapa yang mendengar Nabi saw. menyebutkan fitnah-fitnah seperti gelombang lautan ? “Berkata Hudzaifah:” Maka mereka terdiam”. Aku berkata:” Aku tahu”. Berkata Umar:” Engkau wahai Hudzaifah !”. Berkata Hudzaifah, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:” Fitnah-fitnah itu mengenai hati seperti tikar yang menempel secara terus-menerus” (HR Bukhori dan Muslim)
Fitnah anak, istri, tetangga dan lain-lain berupa mencintai mereka secara berlebihan, kurang ketaatannya kepada Allah akibat kesibukan dengan mereka, munculnya sikap kikir akibat kecintaan tersebut. Fitnah anak istri dapat juga berupa melalaikan hak-hak anak dan istri seperti mendidik mereka, begitu juga terkait dengan fitnah tetangga. Dan fitnah ini sebagaimana disebutkan dalam hadits terhapus dengan ibadah sholat, puasa dan sedekah. Fitnah ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, diantaranya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS At-taghabuun 15). Rasulullah saw. bersabda:” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Dikatakan oleh ulama bahwa fitnah anak ada satu dan fitnah wanita ada dua. Fitnah wanita ada dua yaitu, pertama; wanita menyuruh suaminya untuk memutus hubungan silaturahim pada ibu dan saudara-saudara suaminya. Kedua; menyuruh suaminya untuk mencari harta yang halal atau haram. Sedangkan fitnah anak hanya satu yaitu membuat bapaknya mencari harta yang halal atau haram.
Dan fitnah lain yang disebut Hudzaifah adalah fitnah yang besar seperti gelombang lautan yang dapat menghanyutkan siapa saja yang ada di lautan kehidupan. Dalam hadits lain fitnah ini dapat menyebabkan seorang yang paginya muslim sorenya menjadi kafir, atau sorenya muslim, paginya menjadi kafir, mereka menjual agama dengan harta yang sedikit.
Diantara fitnah yang sangat besar adalah fitnah yang muncul dari para pemuka agama, alim ulama, kyai dan para da’i, jika mereka sudah terkena fitnah dunia, maka mereka menjual agamanya dengan harta dunia, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Ulama seperti ini dalam terminologi Islam disebut Ulama Suu (ulama jahat). Ciri khas mereka yang utama adalah lebih mencintai dan mengutamakan dunia. Akibatnya mereka tidak dapat berkata benar dalam mengeluarkan pernyataan dan fatwanya, karena hukum Allah senantiasa bertentangan dan bertolak belakang dengan syahwat manusia dan kecintaan mereka terhadap dunia, seperti kecintaan pada harta, kekuasaan, wanita dll. Rasulullah saw. Bersabda: ”Orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah alim, yang Allah tidak memberi manfaat pada ilmunya” (HR At-Thabrani dan Al-Baihaqi) Berkata Umar bin Khattab:”Yang paling aku takuti pada umat ini adalah orang jahat yang pandai berkata (ilmunya tidak sampai pada hatinya)”. Berkata Ali ra:” Yang paling menjengkelkanku adalah dua orang, orang berilmu tapi jahat, orang bodoh tapi rajin ibadah. Yang pertama membuat jauh manusia karena kejahatannya, dan yang kedua menipu manusia karena ibadahnya.”
Ulama Jahat akan senantiasa melakukan bid’ah untuk membenarkan kejahatannya. Maka terkumpulah pada mereka sifat buruk, mengikuti hawa nafsu yang mematikan mata hatinya, sehingga tidak dapat membedakan antara yang hak dan batil, bahkan memutarbalikan antara yang hak dengan batil, sehingga melihat yang hak itu batil dan yang batil itu hak. Demikianlah kejahatan ulama jika sudah lebih mencintai dunia, syahwat dan hawa nafsu dari akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-A’raaf 175,176.
Macam-Macam Fitnah
Sebagaimana uraian diatas, maka secara umum fitnah terbagi menjadi dua, yaitu fitnah kebaikan dan fitnah keburukan. Allah SWT. berfirman: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan” (QS Al-Anbiyaa 35).
Fitnah kebaikan biasa disebut juga dengan fitnah dunia dan bermuara pada tiga hal yaitu harta, tahta dan wanita. Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita” (HR Muslim)
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah keni’matan yang diberikan Allah SWT. kepada hamba-Nya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Manusia yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada harta. Sehingga celakalah mereka, harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat.
Dan bagian fitnah yang harus diwaspadai para da’i dan pemimpin umat terkait dengan kebaikan adalah popularitas, sanjungan, pujian, penampilan, kecantikan, pengikut yang banyak, kemenangan dan sejenisnya. Imam Ahmad bin Hambal ra. setelah terbebas dan penyiksaan yang berat dan dikeluarkan dari penjara, beliau mendapatkan simpati dan sambutan yang luar biasa dari pengikutnya. Mereka berdatangan untuk belajar, bertanya dan berguru pada imam Ahmad ra. Melihat sambutan yang luar biasa dari pengikutnya, imam Ahmad menangis dan sangat khawatir kalau ini adalah istidraj (fitnah) yang akan menjatuhkan beliau dari sikap istiqomah.
Sedangkan fitnah keburukan, seperti siksaan sampai ketingkat pembunuhan, pengusiran, pemenjaraan, pemboikotan, kemiskinan, penyakit dll. Demikianlah fitnah terjadi silih berganti yang terjadi pada para nabi dan orang-orang beriman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS Al Baqarah 214)
Dalam konteks pemikiran dan gerakan, muncul beragam fitnah dan syubhat di bidang gerakan pemikiran sesat dan bid’ah yang menjamur di tengah masyarakat muslim, seperti JIL (Jaringan Islam Liberal), Ahmadiyah, Baha’iyah, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), Isa Bugis, Syiah dll. Fitnah ini muncul karena lemahnya umat Islam terhadap ajaran Islam. Dan jatuhlah mereka pada pemahaman yang salah dan menyimpang terhadap Islam. Tingkat penyimpangan gerakan pemikiran berbeda satu sama lain, ada yang sudah sesat dan keluar dari ajaran Islam, seperti Ahmadiyah, tetapi ada juga yang masih dapat diajak dialog tentang keislaman.
Dan fitnah yang terbesar dan terberat yang dihadapi oleh orang-orang beriman adalah fitnah menyebarnya kemusyrikan, kekafiran, kemungkaran, perselisihan dan perang antara sesama orang beriman. Fitnah yang pertama muncul setelah wafatnya Rasul saw., menyebarnya kemurtadaan dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Dan Abu bakar As-Siddiq berhasil memeranginya. Fitnah pembunuhan terhadap Khulafaur Rasyidin, Umar, Utsman dan Ali semoga Allah meridhoi semuanya. Fitnah antara imam Ali ra dengan siti Aisyah ra dalam perang Jamal, antara Ali ra dengan Muawiyah ra dalam perang Shiffin. Dan para ulama menyebutnya dengan istilah Fitnah Qubra.
Sikap Para Da’i terhadap Fitnah
Segala macam fitnah harus disikapi dengan bijak oleh para da’i sesuai dengan bentuk dan kadar fitnahnya. Ketika para da’i berhasil mengatasi fitnah yang terjadi di dunia, maka dia akan sukses dan mendapatkan ganjaran yang besar dari sisi Allah. Sikap pertama yang harus dilakukan oleh para da’i untuk menghadapi fitnah adalah hati hati dan waspada (hadzr). Setiap da’i apapun yang terjadi, baik dan buruknya, senantiasa dalam kondisi diuji. Kemudian untuk menyikapi segala macam fitnah keburukan para da’i harus bersabar, bersabar tidak terlibat dalam keburukan dan bersabar atas segala musibah yang buruk. Dan menyikapi segala bentuk kemudahan para da’i harus bersyukur. Rasul saw. bersabda:” Sungguh mena’jubkan urusan orang beriman, segala urusannnya baik dan itu tidak terjadi kecuali orang beriman. Jika diuji kemudahan, dia bersyukur maka itu baik untuk orang beriman. Dan jika diuji kesusahan maka dia bersabar, dan itu baik untuk orang beriman” (HR Muslim)
Selanjutnya dalam mensikapi berbagai macam huru hara, perselisihan dan fitnah antara sesama muslim, maka sikap para da’i harus tetap komitmen pada jamaah Islam dan tetap taat pada pemimpin selagi tidak menyuruh pada kemungkaran dan kekafiran.
Fitnah terkait dengan kebatilan dan pemikiran yang sesat harus dihadapi dengan dakwah dan argumentasi yang kuat sehingga terlihat jelas antara kebenaran dan kebatilan. Ulama dan para da’i harus menjelaskan kepada umat antara yang hak dengan yang batil agar mereka tidak menjadi bingung dan tidak tersesat. Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baiknya jihad adalah perkataan yang benar pada penguasa yang sesat” (HR Ahmad).
Pada masa kekhalifahan imam Ali ra. Banyak kaum yang keluar dari jamaahnya dan disebut kelompok Khawarij. Lalu imam Ali ra. Mengirim Ibnu Abbas ra . kepada mereka untuk berdialog seputar agama dan pemahaman Islam, maka banyak sekali diantara mereka yang sadar dan kembali pada ajaran yang benar. Begitu juga terhadap kelompok yang mengkultuskan dirinya dari kalangan Syiah, maka imam Ali ra senantiasa mengarahkan pada pemahaman yang benar dan menolak segala macam pengkultusan.
Sedangkan untuk menyikapi fitnah kekafiran dan kemusyrikan, maka umat Islam harus berjihad melawannya. Allah SWT berfirman: ”Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan” (QS Al-Anfal 39). Seluruh bentuk fitnah harus dilawan oleh umat Islam sehingga hanya Islamlah yang eksis di muka bumi ini. Wallahu a’alm bishawab.



Laugh out Loud then You Cry: Dia bukan Jodohku.. :)

Laugh out Loud then You Cry: Dia bukan Jodohku.. :): Ya allah ya tuhan ku…. Jika dia bukan milikku lagi… Kau hilangkan perasaan cinta yang pernah wujud di dalam hati ini…. Biarlah perasaan cint...

MAKNA SURAT AL HASYR AYAT 19

Bismillah........."Dan janganlah keadaan kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah; lalu Allah pun membuatnya lupa kepada dirinya sendiri." (alhasyr ayat 19). (pangkal ayat 19)::

Artinya menurut tafsir dari Ibnu Katsir ialah; "Janganlah kamu lupa mengingat kepada Allah, atau zikir. Karena bila kamu telah lupa mengingat Allah, Allah pun akan membuat lupa apa-apa yang patut dikerjakan untuk kepentingan dirimu sendiri, yang akan membawa manfaat bagimu di akhir kelak kemudian hari.

Ibnul Qayyim menulis tentang Tafsir ayat ini dalam kitabnya "Darus Sa`adah" (Negeri Bahagia); "Perhatikan ayat ini, niscaya akan engkau dapati di dalamnya arti yang sangat mulia dan dalam. Yaitu bahwa barangsiapa yang lupa kepada Tuhannya, Tuhan akan membuatnya lupa kepada dirinya sendiri, sehingga dia tidak mengenal lagi siapa sebenamya dirinya dan apa yang perlu untuk kebahagiaan dirinya. Bahkan dia pun akan dibuat lupa apa jalan hidup yang akan ditempuhnya untuk kebahagiaan dirinya sendiri baik untuk ke­hidupan dunia sekarang atau kehidupan akhirat kelak, sehingga dia hidup dalam kekosongan dan hampa, sama saja dengan binatang ternak yang di­halau-halau. Bahkan kadang-kadang binatang ternak itu lebih tahu apa yang baik untuk memelihara hidupnya dengan petunjuk naluri yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Tetapi manusia yang telah lupa diri ini, dia telah keluar dari garis fihratnya, yang dengan itu dia diciptakan. Dia telah lupa kepada Tuhan­nya, maka dia dibuat lupa oleh Tuhan kepada dirinya sendiri sehingga dia tidak ingat lagi bagaimana supaya diri itu mencapai kesempumaan dan bagaimana agar dia bersih, bagaimana supaya dia mencapai bahagian kini dan esok.

Tuhan bersabda;

"Dan janganlah engkau ikuti orang yang telah Kami jadikan lalai hatinya dari mengingat Kami, lalu diperturutkannya kehendak hawanafsunya, dan jadilah segala perbuatannya di luar batas." (al-Kahfi: 28)

Dia telah lalai dan lengah dari mengingat Tubuhnya. Sebab itu maka segala tindak-tanduknya dan rasa hatinya tidak ada yang beres lagi, sehingga tidak ada perhatiannya untuk memperbaiki diri dan mencari yang muslihat, hati pecah berderai, jiwa porak-peranda, apa yang dikerjakan kucar-kacir, bingung tidak tentu arah hidup yang akan ditempuh.

Oleh sebab itu maka mengenal Allah adalah pokok pangkal segala ilmu, pokok pangkal kebahagiaan dan kesempurnaan seorang hamba Allah, dunia­nya dan akhiratnya. Dan kalau jahil, tidak mengetahui hubungan diri dengan Allah, pastilah dia pun tidak akan tahu siapa dirinya yang sebenarnya dan apa yang harus dilakukannya supaya dia mencapai kemenangan. Sebab itu maka mengenal Tuhan adalah pangkal bahagia, dan jahil akan Dia pangkal celaka." Sekian kita salin.

Di ujung ayat dijelaskanlah bagaimana kedudukan orang itu pada pan­dangan Tuhan;

.."Itulah orang-orang yang fasik." (ujung ayat.19).
Yaitu bahwa perjalanan hidupnya tidak melalui aturan, sebab itu kucar-kacir dan celaka terus. afwan semoga membant

Minggu, 16 Oktober 2011

TELAH DATANG ZAMANNYA (9/9): Orang orang kuffar menguasai kaum muslimin

TELAH DATANG ZAMANNYA (8/9): Kaum muslimin meninggalkan agamanya

TELAH DATANG ZAMANNYA (7/9): Tersebar bidaah dan firqah serta da'i di pi...

TELAH DATANG ZAMANNYA (6/9): Mereka mengetahui kebenaran tetapi menyembu...

TELAH DATANG ZAMANNYA (6/9): Mereka mengetahui kebenaran tetapi menyembu...

TELAH DATANG ZAMANNYA (5/9): Orang orang Jahil diangkat sebagai Tokoh Agama

TELAH DATANG ZAMANNYA (4/9): Kapan seseorang boleh digelar sebagai Ahli ...

TELAH DATANG ZAMANNYA (3/9): Contoh bidaah yang tersebar dalam masyarakat

TELAH DATANG ZAMANNYA (2/9): Ilmu dipelajari dari Ahli Bidaah

TELAH DATANG ZAMANNYA (1/9): Rasulullah telah memberitahu segala sesuatu

13.Berlaku Adil-KH Zainuddin MZ

16.Menghindari Kerugian-KH Zainuddin MZ

Cara Sholat Nabi

Ustad M Arifin Ilham "Sunnah" Full length version

Ustad M Arifin Ilham "Infaq" Full length version

04.Tujuan Hidup Muslim-KH Zainuddin MZ

23. 6 Perkara Pembatal Amal-KH Zainuddin MZ

06.Orang2 yg dicintai Alloh-KH Zainuddin MZ

05.Mengobati Penyakit Zhahir dan Bathin-KH Zainuddin MZ

15.Bila Doa tak terjawab-KH Zainuddin MZ

26.Silaturahmi-KH Zainuddin MZ

24.Evaluasi Diri-KH Zainuddin MZ

17.Berlaku Sabar-KH Zainuddin MZ

01.Ikhlas-KH Zainuddin MZ

14.Istiqomah-KH Zainuddin MZ

08.Manisnya Iman-KH Zainuddin MZ

25.Menuju Perlindungan Alloh-KH Zainuddin MZ

03.Mengendalikan Perilaku-KH Zainuddin MZ

Jumat, 14 Oktober 2011

Ibarat Semut,Labah-Labah & Lebah

Tiga binatang kecil ini menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Qur'an.An Naml (semut), Al 'Ankabuut (labah-labah), dan An Nahl (lebah).

Semut, menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa berhenti. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun. Padahal usianya tidak lebih dari setahun. Ketamakannya sedemikian besar sehingga ia berusaha - dan seringkali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya.
Posted Image
Lain lagi huraian Al-Qur'an tentang labah-labah. Sarangnya adalah tempat yang paling rapuh (Al 'Ankabuut; 29:41), ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan binasa. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Inilah gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.
Posted Image
Akan halnya lebah, memiliki naluri yang dalam bahasa Al-Qur'an - "atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal"
(An Nahl;16:68). Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar efisen dalam penggunaan ruang. Yang dimakannya adalah serbuk sari bunga.

Lebah tidak menumpuk makanan. Lebah menghasilkan lilin dan madu yg sangat manfaat bagi kita. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali jika diganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi ubat.
Posted Image
Sikap kita dapat diibaratkan dengan berbagai jenis binatang ini. Ada yang berbudaya 'semut'. Sering menghimpun dan menumpuk harta, menumpuk ilmu yang tidak dimanfaatkan.

Pemborosan, foya-foya adalah implementasinya. Entah berapa banyak juga jenis 'labah-labah' yang ada di sekeliling kita. Yang hanya berfikir: "Siapa yang dapat dijadikan mangsa"

Nabi Muhammad S.A.W mengibaratkan seorang mukmin sebagai 'lebah'. Sesuatu yang tidak merusak dan tidak menyakitkan :"Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya"

Semoga kita menjadi ibarat lebah. Insya Allah!

Kamis, 13 Oktober 2011

Tata Cara Shalat Malam dan Witir Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

Tata Cara Shalat Malam dan Witir Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

Dari Masjid Kita Bangkit

Dari Masjid Kita Bangkit

Tak Lebih Berharga dari Sehelai Sayap Nyamuk!

Tak Lebih Berharga dari Sehelai Sayap Nyamuk!

Benarkah Harta Itu Sebagai Cobaan?

Benarkah Harta Itu Sebagai Cobaan?

Ketahuilah Dunia Itu Terlaknat

Ketahuilah Dunia Itu Terlaknat

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

Pengakuan Tentara, Israel Hancur Jika jemaah Solat Subuh Sebanyak Solat Jumat

Pengakuan Tentara, Israel Hancur Jika jemaah Solat Subuh Sebanyak Solat Jumat

E-mail Cetak PDF
tariq__jamil
Syaikh Maulana Tariq Jamil
Cyber Sabili-Pakistan. Raiwind, Seorang ulama besar Pakistan, Syaikh Maulana Tariq Jamil menyampaikan pengalaman da'wahnya ketika pergi da'wah di negri Jordania. ketika di Jordania Beliau pergi ke daerah perbatasan Jordania-Israel. Sampai di daerah perbatasan, ketika rombongannya Syaikh Maulana Tariq Jamil selesai menunaikan solat subuh disalah satu masjid di dekat perbatasan, tiba-tiba seorang tentara Israel dari luar melihat kearah dalam Masjid. Setelah melihat sebentar lalu tentara Israel itu langsung pergi. Maka Syaikh Maulana Tariq Jamil menghampiri tentara Israel itu dan bertanya apa yang dia tadi lakukan.
"Saya hanya ingin melihat berapa jumlah orang Islam yang hadir solat subuh di Masjid,"kata tentara Israel itu. Syaikh Maulana Tariq Jamil sambil keheranan bertanya "kenapa?" Dia pun menjawab "di dalam kitab kami (Kitab Taurat) ada tertulis "Jika diseluruh dunia jumlah orang Islam yang hadir untuk solat subuh berjemaah di masjid sama banyak dengan jumlah jemaah solat Jumat, maka saat itu Israel akan hancur." tetapi ketika tadi saya lihat di masjid jumlah orang Islam yang datang untuk solat subuh berjemaah masih sedikit, maka hati saya tenang, karena umat Islam pasti tidak bisa kalahkan kami."Mendengar pembicaraan ini Syaikh Maulana Tariq Jamil sangat keheranan.

Seperti mana sudah ketahui bahwa solat subuh adalah solat yang paling sulit ditunaikan, karena subuh adalah saat masih gelap, dingin dan saat orang-orang sedang tidur. Jika mana solat subuh bisa ditunaikan maka solat lainnya pastilah akan mudah ditunaikan.

Sebagian besar umat Islam tidak mengetahui pengakuan tentara Israel ini, bahwasanya Israel akan hancur jika jemaah solat subuhnya umat Islam yang hadir sebanyak solat Jumat.

Orang Yahudi selalu berusaha dengan berbagai cara supaya umat Islam bisa meninggalkan Solat 5 waktunya. Karena orang Yahudi faham jika mana Orang Islam meninggalkan solat fardhunya maka Allah SWT pasti tidak akan menolong umat Islam. Sehingga semua usaha umat Islam untuk membela Palestina selalu mengalami kegagalan.

Akibat Perbuatan Maksiat

Akibat Perbuatan Maksiat

Antara Kata dan Perbuatan

Antara Kata dan Perbuatan

Agama Islam untuk Seluruh Manusia

Agama Islam untuk Seluruh Manusia

Agar Ibadah Diterima di Sisi Alloh

Agar Ibadah Diterima di Sisi Alloh

Mas, Kok Tidak Sholat Berjama'ah?

Mas, Kok Tidak Sholat Berjama'ah?

Shalat Malam

Shalat Malam

Adab Shalat Berjamaah di Masjid

Adab Shalat Berjamaah di Masjid

Efektivitas Tasyakuran Calon Haji

Efektivitas Tasyakuran Calon Haji



DALAM beberapa hari ini kita akan melihat, bahkan terlibat, dalam kegiatan tasyakuran keberangkatan calon haji. Tradisi setengah ritual yang biasanya dilakukan oleh mayoritas muslim tradisional di Jateng itu, sebagaimana di provinsi lain, merupakan salah satu ciri khas Islam Nusantara. Di Arab Saudi, tasyakuran kepulangan haji (bukan keberangkatan calon haji atau calhaj) dikenal dengan ‘asyaa-ul hajj (dinner hajj, mengombinasikan Bahasa Inggris dengan Arab).

Sebenarnya, tasyakuran (calon) haji yang juga disebut dengan terma walimatul safar tidak dikenal dalam diskursus yurispendensi Islam (fikih).
Acara yang telah menjadi semacam al-urf (adat) itu lebih mendekati produk analogi ritual al-naqi’ah, yaitu jamuan makan bersama yang diadakan seseorang yang pulang dari bepergian.

Dasar al-naqi’ah dapat dilihat dalam HR Bukhari: 2923. Mazhab Syafi’i dalam Hasyiyah al-Qalyubi menyebutkan al-naqi’ah mustahab (sangat dianjurkan) bagi mereka yang pulang dari menunaikan ibadah haji, dan bukan saat keberangkatan ke Tanah Suci. Tujuannya agar menjadi media berbagi pengalaman.

Terlepas dari pro dan kontra mengenai hukum dan teknis pelaksanaannya, saya sepakat bahwa motivasi awal penyelenggaraan tasyakuran keberangkatan haji itu bervariasi.
Di antaranya, berbagi kebahagiaan atas nikmat-Nya, men-support mereka yang belum berniat berhani, sebagai ritual permohonan keselamatan bagi calon haji, serta media silaturahmi dan pamitan.

Namun realitasnya, praktik tasyakuran kadang melenceng dari anjuran Islam tentang arti kesederhanaan dan makna rendah hati. Tak sedikit yang menjadikan kegiatan tersebut sebagai ajang prestise dan mengekspresikan hedonisme. Bahkan biaya mengadakan kegiatan itu ada yang jauh lebih besar dari ONH itu sendiri.
Bukankah ini bentuk dari pemborosan dan wujud kesombongan yang jelas-jelas dilarang oleh Islam? Tidakkah uang sebanyak itu lebih bermanfaat jika disedekahkah kepada mereka yang lebih membutuhkan, seperti fakir miskin dan yatim piatu, daripada didistribusikan dalam bentuk konsumsi kepada mereka, yang notabene berkecukupan, bahkan berlebih? Inilah salah satu contoh ironisme sebagian muslim di lingkungan kita yang muaranya kontraproduktif.

Jalan Tengah

Di satu sisi, kita ingin mengamalkan firman,’’ Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah kamu siarkan’’, tetapi di sisi lain secara bersamaan kita melanggar ayat, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan” dan ‘’Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong, lagi membanggakan diri.’’
Menyikapi ekses motivasi tasyakuran haji yang berlebihan itu, selayaknya kita introspeksi, sejauh mana dampak positif kegiatan tersebut pada substansi ibadah.
Karena realitasnya, motivasi yang berlebihan dapat menyebabkan orang tidak sensitif lagi terhadap kondisi sekitar. Ingat, yang terjadi di sebagian masyarakat belakangan ini adalah makin tinggi gengsi seorang calon haji maka makin mewah tasyakuran digelar. Penceramahnya pun disesuaikan dengan ‘’kelas’’ kegiatan itu.
Merespons fenomena tasyakuran haji, sebaiknya kita menghadapinya dengan bijak. Jangan sampai terjebak dikotomi, antara seolah-olah mewajibkan dan seakan-akan mengharamkan.

Mereka yang seolah-olah mewajibkan, beranggapan bahwa tasyakuran merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari manasik.
Adapun mereka yang seakan-akan mengharamkan, berasumsi bahwa momentum tersebut adalah negatif.
Menyikapi dikotomi tersebut, seyogianya kita mengambil jalan tengah, yaitu boleh menyelenggarakan namun sesederhana mungkin, dalam ukuran umum.
Persoalannya bila kita menolak menyelenggarakan tasyakuran itu sebagai media pamitan, sebagaimana budaya timur, tidak menutup kemungkinan kita dicap sebagai orang bakhil dan riya’. Semoga kita menjadi insan yang proporsional dalam menyikapi perbedaan penyelenggaraan tasyakuran haji. (10)